Kamis, 29 September 2011

Movie Review : Final Destination 5 - 3D (2011)


Hari/Tanggal Nonton : Rabu/28 September 2011
Waktu Nonton : 19.50 WIB
Lokasi Nonton : Studio-2, Sun Plaza
Teman Nonton : Lilys, Lukman, Darwin Chow & Sukiwui Hsu

The Internet Movie Database (IMDb) memberi rating film ini 6.4/10 (pada saat posting ini diterbitkan) namun gue pribadi memberi nilai 3/5. Mengapa? Karena film yang disutradarai oleh Steven Quale ini sangat layak ditonton dalam format 3D. Keren abis! Film ini dimulai dengan spektakuler di sebuah jembatan yang sedang diperbaiki oleh para pekerja disana. Sam Lawton (Nicholas D'Agosto) dan mantan pacarnya Molly Harper (Emma Bell) serta beberapa penumpang lainnya menaiki bus dengan tujuan Vancouver-British Island dalam rangka retreat bisnis. Namun sebelum sampai ke tujuan, mereka terjebak macet di jembatan tersebut. Sam tiba-tiba mendapat penglihatan bahwa jembatan tersebut akan runtuh dan memakan korban jiwa termasuk dia dan penumpang lainnya. Perasaan buruk itu membuat Sam mengajak Molly untuk turun dari bis. Melihat keanehan Sam, penumpang lainnya (teman kantor Sam juga) ikut turun dari bis tersebut. Namun apa daya, beberapa saat kemudian penglihatan Sam tadi berubah menjadi kenyataan. Jembatan itu runtuh !! Akhirnya Sam secara tidak langsung berhasil menyelamatkan 6 penumpang lainnya yaitu Peter Friedkin (yang diperankan secara datar oleh Miles Fisher) dan pacarnya Candice Hooper (oleh Ellen Wroe), Olivia Castle (oleh Jacqueline MacInnes Wood), Isaac (oleh P.J.Byrne), Nathan (oleh Arlen Escarpeta) dan Dennis (oleh David Koechner).

Cerita film ini mengandung formula yang kurang lebih sama dengan franchise Final Destination terdahulu mulai dari yang pertama sampai yang ke-empat. Minus-nya film ini adalah karena tidak ada pengembangan cerita ditambah lagi dengan akting kualitas rendah (kalau tidak mau dikatakan buruk) oleh para pemainnya, terutama akting Miles Fisher yang memerankan tokoh Peter Friedkin. Lihatlah ekspresi dia menangis saat pacarnya meninggal dunia, begitupun dengan mimik wajahnya saat mengetahui bahwa kematian akan menjemputnya. Tapi nilai plus film ini terletak pada kengerian yang berhasil ditanamkan kepada penonton terutama adegan saat tokoh Candice sedang melakukan senam di atas sebuah palang, tokoh Isaac yang sedang melakukan terapi pijat, tokoh Olivia yang sedang melakukan operasi laser mata di ruang dokter hingga ending film yang sama sekali gak disangka. 


Rating : 3/5





Diolah dari berbagai sumber

Kamis, 22 September 2011

Movie Review : Conan the Barbarian (2011)


Hari/Tanggal Nonton : Sabtu/17 September 2011
Waktu Nonton : pukul 21.30 WIB
Lokasi Nonton : Studio-4, Thamrin Plaza
Teman Nonton : Darwin Chow & Sukiwui Hsu

Film karya sutradara Marcus Nispel ini dibuka dengan narasi yang di-isi suara-kan oleh aktor kawakan Morgan Freeman. Dikisahkan bahwa seorang bayi (yang kelak bernama Conan) dilahirkan ibunya yang tidak lama juga meninggal dunia di sebuah medan perang. Oleh ayahnya Corin (diperankan oleh Ron Perlman yang juga main di film Hellboy (2004) dan Hellboy II : The Golden Army (2008)), Conan kecil dididik dan dibimbing dengan tegas dan disiplin. Conan akhirnya juga terpaksa harus merelakan kepergian ayahnya karena dibunuh oleh Khalar Zym (Stephen Lang) yang menginginkan potongan Mask of Acheron untuk dapat menghidupkan kembali istrinya yang telah meninggal dunia. Tentu saja dendam timbul di hati Conan, dan berjanji akan menemukan pembunuh ayahnya. Beberapa tahun kemudian, Conan (yang diperankan dengan ekspresi datar oleh Jason Momoa) tumbuh menjadi seorang pejuang yang tangguh. Tak disangka, akhirnya Conan dapat bertemu dengan Khalar Zym. Namun membunuh si penjahat ini bukanlah perkara mudah karena beliau juga dibantu oleh putrinya yang memiliki kekuatan sihir (diperankan dengan kualitas akting yang kurang oleh Rose McGowan, gue paling ingat cewek ini pernah berperan sebagai Paige Matthews di serial Charmed). Nah, di tengah perjalanannya, Conan akan bertemu dengan seorang wanita cantik bernama Tamara (Rachel Nichols) yang dijuluki Pure Blood karena dengan darahnya-lah Khalar Zym dapat dengan mulus mencapai tujuannya. Konflik demi konflik tak terelakkan, film ini juga diwarnai dengan aksi yang bisa dibilang sadistik dengan cucuran darah dimana-mana. Namun, konsep film ini terlalu Hollywood karena sepertinya mengikuti pakem yang sudah ada (dimana Sang Penyelamat berhasil menolong Sang Gadis sekaligus menaklukkan Sang Penjahat). 


Rating : 2,5/5




Diolah dari berbagai sumber.

Rabu, 21 September 2011

Actress Review : Scarlett Johansson


Scarlett Johansson! Hmm....Gue mulai kenal dia (cieee.....sok kenal benget sich) dari film berjudul The Island (2005). Di film tersebut, dia berperan sebagai Jordan Two Delta/Sarah Jordan dan beradu akting dengan Ewan McGregor. Ini adalah film pertama Michael Bay yang tidak diproduseri oleh Jerry Bruckheimer. Scar Jo juga ada di film The Prestige (2006) berperan sebagai Olivia Wenscombe, seorang asisten pertunjukan yang cantik dan seksi yang merasa dimanfaatkan oleh seseorang yang hanya terobsesi dengan berbagai trik sulap. Film ini juga dibintangi oleh Hugh Jackman (Rupert "The Great Danton" Angier) dan Christian Bale (Alfred 'The Professor" Borden). Di tahun 2008, Scar Jo kembali memperlihatkan kualitas aktingnya dengan mengambil peran sebagai Cristina yang senang berpetualang namun tanpa tujuan dalam film arahan Woody Allen berjudul Vicky Cristina Barcelona (yang kebetulan gue punya DVD-nya). Drama komedi ini dilengkapi dengan tone warna yang hangat dan keemasan ditambah lagi dengan keindahan kota Barcelona (kapan gue bisa pergi ke sono ya?). Nah yang terakhir, gue lihat dia ambil peran sebagai Natasha Romanoff atau Natalie Rushman alias Black Widow di film Iron Man 2 tahun 2010 karya Jon Favreau (lihat image-nya di atas, keren banget kan?). Namun ternyata, sebenarnya Scar Jo telah memulai debut film layar lebarnya pada tahun 1994 berjudul North (gue kagak pernah dengar sebelumnya???), dan mendapat 2 nominasi sekaligus di kategori Best Performance by an Actress in a Motion Picture - Drama untuk film Girl With a Pearl Earring dan kategori Best Performance by an Actress in a Motion Picture - Musical or Comedy untuk film Lost in Translation di Golden Globe tahun 2003. Namun sayang, dia belum beruntung mendapatkannya (gue yakin suatu saat nanti giliran elo yang mendapatkannya, Cia you!)





Diolah dari berbagai sumber

Actor Review : James Franco

James Edward Franco lahir tanggal 19 April 1978 di Palo Alto, California, Amerika Serikat memulai karir aktingnya sebagai figuran di acara televisi. Dia memulai debut film layar lebarnya sebagai Jason Way di Never Been Kissed pada tahun 1999. Namun dia lebih dikenal ketika dia bermain dalam film Spiderman (2002), Spiderman-2 (2004) dan Spiderman-3 (2007) sebagai peran antagonis bernama Harry Osborn atau New Goblin. Kemudian dia turut berpartisipasi dalam film Milk sebagai Scott Smith yang berprofesi sebagai aktivis kaum gay yang memiliki hubungan khusus dengan Harvey Milk, seorang politikus Amerika Serikat pertama yang mengakui dirinya gay (diperankan dengan sangat cemerlang oleh Sean Penn). Di film ini, Franco dipuji kualitas aktingnya sehingga dia dinominasikan sebagai Best Supporting Actor di Broadcast Film Critics Association Award dan Satellite Award pada tahun 2008. Dua tahun kemudian dia turut ambil bagian dalam film Eat,Pray and Love sebagai David Piccolo dan beradu akting dengan Julia Roberts. Namun, pencapaian karir aktingnya gue rasa dimulai dari keterlibatan dia berperan dalam film 127 Hours (2010) sebagai Aron Ralston, seorang pemanjat tebing yang gemar tantangan. Film garapan Danny Boyle ini sendiri merupakan kisah nyata dari Aron Ralston, seorang petualang yang jatuh dan terperangkap di sebuah lembah terisolasi di Utah, Amerika Serikat. Film ini membawa Franco untuk masuk dalam nominasi Golden Globe kategori Best  Performance by an Actor in a Motion Picture - Drama dan Academy Award kategori Best Actor in a Leading Role tahun 2011. Namun sayang, dia tidak berhasil membawa pulang penghargaan itu karena jatuh ke tangan Colin Firth yang berperan dalam sebuah drama film Britania Raya berjudul The King's Speech. Di tahun 2011, Franco juga berperan sebagai seorang ilmuwan bernama Will Rodman dalam film Rise of the Planet of the Apes yang untuk pekan pertama pemutarannya berhasil menduduki puncak box office di Amerika Utara. Kabarnya dia akan menjadi produser untuk film Maladies (2011) dan The Stare (2012) yang juga akan dibintanginya. We'll see and wait.


 


Diolah dari berbagai sumber.

Senin, 19 September 2011

Akhirnya ada juga.............

Hi.........................!!!!!

Mmm....Salam sejahtera bagi semua. Sori ya agak nervous soalnya ini blog pertama gue yang akhirnya berhasil diciptakan tepat pada tanggal 19 September 2011 pukul 00.30 WIB atau lebih. Gila, jam segitu gue masih belon ngantuk karena di Minggu sore tanggal 18 September 2011 gue udah tidur 2 jam lebih. Jadinya gini deh......But anyway busway on the way ada hikmahnya juga, toh sekarang gue punya blog sendiri. xixixixi :-) Blog ini gue beri nama Cinemanism karena gue rencananya mau isi dengan movie review, movie talk and something like that. I love movies! Oleh karena itu, gue butuh dukungan dan masukan tentang blog ini, soalnya gue masih amatir nich.

Sebagai penutup, gue cuman bisa bilang "Akhirnya ada juga............"



Agus Jingga a.k.a Agus Huang